Selembar tirai
penghalang kau ciptakan secara diam
Apakah itu keraguan atau sekedar angin segar yang kau
butuhkan?
Ah, itu tidak masalah
Aku tersenyum simpul, mungkin kau kurang memahami rasaku
Aku cukup mengerti
Bila itu kejenuhanmu, janganlah menjauh dan mengeluh
Aku tak bisa memberikan lebih dari apa yang kau mau
Apa yang kau cari tak kau temukan padaku
Hanya sebongkah tubuh yang tak berlemak, yang merindu
Tiba sesaat kau menemukannya dari sosok yang lain dari sorot
matanya
Sekali lagi itu aku maklumkan, sebagai tirai yang harus aku
lewati
Dekatlah..
Aku yang selalu menerima, walaupun tidak semua bisa kau
terima
Pecahan kaca jendela memantulkan cahaya, aku bisa bercermin
Secarik masa - masa dari sampul kehidupan, geram tak beri isyarat
Kumpulan cerita menjadi – jadi seolah retak tak bertuan
Sekali lagi aku hanya bisa tersenyum.
Lukisan usangku, aku tak mau menjadikannya sebagai kenangan
Impian besarku, kita.
Aku cukup mengerti.
Mungkin suatu saat yang terulang, aku tidak dapat berbuat
apa-apa lagi.