Roh dalam darah seolah menangis memberi tahu seberapa jauh lagi kau meyakinkan dirimu mencintainya. Gelap terang silih berganti, tertatih tetap melangkah. Kau pejamkan mata sejenak, dimana terakhir kalinya mendengarmu berucap sayang. Ini bagian hidupku, tanpa arti seperti kapas tanpa emas jika semakin menjauh. Mengapa aku?
Senjamu mulai datang, mimpimu baru saja kau terbangun. Terlambat untuk menyesal. Bagaimana dengan sesal itu sendiri?
Salah itu bagai titik diatas kertas, itulah kenyataan. Kenyataan dimata para manusia.
0 komentar:
Posting Komentar